Another Seventeenth Birthday

    Author: AOMAGZ Genre: »

    oleh: Aul Howler


    Seminggu lagi Puput ulang tahun. Yang ke-17. Puput riang bukan kepalang. Tak ia hiraukan masakan lezat yang jadi menu sarapan pagi itu. Ia bahkan tak ambil pusing saat Roki adiknya menyantap semua makanan di atas meja seperti serigala lapar. 

    “Pokoknya harus dirayakan lebih spesial ya, Bunda!” rengek Puput untuk yang ke sekian 

    “Iya, beres.” bundanya menyahut pelan. Ia sedang menguncir rambut Puput yang sudah semakin panjang.   

    Papanya berdehem tanpa melepas pandangan dari koran yang sedang ia pegang. “Kan tiap tahun juga selalu spesial.” 

    “Yang ini harus yang paling meriah, Pa! Kalau perlu undang artis!” tambah Puput 

    “Sekalian aja undang presiden. Terus pakai pengibaran bendera.” celetuk Roki sambil menjilati jarinya yang belepotan selai coklat. 

    “Iiihhh, jangan sembarangan! Ini perayaan ulang tahun Kakak yang ke-17. Bukan peringatan 17 agustusan"

    Pagi itu berakhir hangat. 


    *****


    Obrolan tentang perayaan ulang tahunnya yang ke-17 itu juga muncul di sekolah, saat Puput berkumpul dengan teman-temannya di jam istirahat. Puput memang selalu meminta pendapat teman-temannya setiap ia akan mengadakan acara. Apalagi acara perayaan ulang tahun. 

    “Gimana kalau undang JKT48 aja Put?” Usul Rere yang rambutnya dikuncir. “Dijamin meriah abis! Kan mereka lagi tenar banget sekarang.” 

    “Kemahalan! Lagian kan kita udah gede, Put. Mending undang penyanyi solo yang lagu- lagunya romantis aja. Afgan mungkin?” Tambah Syasya. Rani, teman Puput yang paling kalem, memperbaiki letak pin di jilbab nya. 

    “Menurut Aku sih mending bikin acara syukuran aja Put.” Puput, Rere dan Syasya melongo. 

    WHAT?? SYUKURAN??” Rani nyengir. 

    “Iya. Kan kamu udah gede Put. Mau sampai kapan pesta-pesta terus? Pertambahan umur itu diikuti pertambahan tanggung jawab lho. Supaya bisa lebih dewasa. Lebih baik dari sebelumnya. Kalau kita mengadakan syukuran kan minimal kita bisa hemat, udah gitu dapat banyak manfaat. Bonusnya, kita jadi termotivasi untuk jadi dewasa secara mental juga. Acara perayaan ulang tahun juga nggak melulu harus hura-hura atau pesta kok. Sederhana juga bisa. Yang penting kan makna nya.” 

    “Ya deh, Bu Ustadzaaaah. Usulnya ditampung dulu. Oke guys, jadi undang artis yang mana nih?" lanjut Puput. 

    Rani geleng-geleng kepala. 


    *****


    Hari ulang tahun Puput semakin dekat. Beberapa persiapan seperti dekorasi dan hiasan ruangan mulai terpasang sedikit demi sedikit. Puput tentu saja yang paling bersemangat. Ia mau terlibat langsung dalam seluruh prosesi perayaan ulang tahunnya. Ia ikut memikirkan apa saja ide untuk dekorasi. Ia ikut menentukan menu apa saja yang akan disajikan, siapa saja yang akan diundang, artis mana yang akan didatangkan dan lain-lain. 

    Roki ikut membantu. Walaupun sebagian yang ia lakukan justru mengacau. Tapi Puput tak keberatan. Toh bisa diperbaiki lagi. Lagipula ia ingin adiknya juga ikut merasa gembira. Sebagai seorang kakak, minimal ia harus mengalah pada adiknya. 

    Tapi siapa sangka, dua hari menjelang acara, sebuah musibah terjadi. Rumah Puput dilalap api tanpa sebab yang jelas. Kebakaran itu sempat membuat panik warga satu komplek perumahan. Tapi untunglah, berkat usaha yang tanggap dan kerjasama yang baik, api bisa segera dipadamkan. Sebagian rumah hangus terbakar, walaupun tidak parah. Dan Puput sekeluarga 

    “Yang penting kita semua tak ada yang kena luka bakar atau cedera.” ujar Papa saat mereka membersihkan rumah dari sisa-sisa bekas kebakaran keesokan harinya. “Dan untunglah, seluruh uang serta barang berharga di rumah kita aman. Jangan ada yang sedih, ya! Insya Allah ini semua ada hikmahnya.” 

    Yang lain mengangguk setuju. Puput tahu, papa dan bunda nya berusaha tetap tersenyum di hadapan dirinya dan Roki untuk menyembunyikan kesedihan. Puput sendiri sebenarnya merasa sangat sedih. Semua rencana nya untuk merayakan ulang tahun tentu saja batal. Nyaris seluruh hiasan dan dekorasi yang sudah dipasang hangus dan rusak. Semua persiapan yang hamper selesai hancur berserakan. Rasanya ia ingin menangis. Tapi rasanya tak etis bila ia menangis hanya karena perayaan ulang tahunnya batal. Peristiwa yang baru saja menimpa keluarga mereka saat ini jauh lebih buruk. 

    Keesokan harinya, Puput dan Roki kembali tak masuk sekolah. Mereka belum sempat membeli seragam baru karena yang lama sudah terbakar. Mereka di rumah saja, masih membersihkan sisa-sisa kebakaran dan merapikan kamar masing-masing. Mereka juga menyortir barang-barang yang masih bisa digunakan dan yang tidak. Papa membantu pekerja yang dibayarnya memperbaiki bagian rumah yang rusak. Bunda sibuk membersihkan dapur yang sebagian juga terbakar. 

    Teman-teman Puput datang berkunjung sepulang sekolah. Rere dan Syasya menangis 

    “Yang tabah ya, Put.” Bisik Rani sambil ikut memeluk Puput. 

    “Iya, makasih ya teman-teman.” 

    Tiba-tiba Rere tersentak, “Pesta ulang tahunnya nggak jadi dong, Put?” 

    Puput menggeleng sedih. 

    Syasya mencubit lengan Rere gemas. “Harus ya, nanyain itu ke Puput sekarang?"

    “Nggak apa-apa kok, Sya. Mungkin pesta nya kita adain tahun depan aja ya, Re? Ulang tahun yang ke-18 kan juga masih istimewa.” ucap Puput sambil berusaha tersenyum. 

    Tanpa disadari teman-temannya, diam-diam Rani pergi ke dapur. 



    *****



    Malamnya, Puput dan Roki diajak jalan-jalan oleh kedua orang tuanya. Puput yakin, kedua orang tuanya tak ingin membuatnya sedih di hari yang terpenting baginya itu. Karena itu ia menduga, mereka mungkin akan diajak makan di restoran dan semacamnya. Tapi sejujurnya, Puput sudah tak mengharapkan ulang tahunnya dirayakan lagi. Ia sudah merelakannya. 

    “Kita mau ke restoran ya, Pa?” tebak Roki saat mobil mereka sudah satu jam lebih melaju. “Masa lagi kacau begini masih mau ngerayain ulang tahun Kakak?” 

    Puput tertawa karena dugaannya sama dengan adiknya. “Iya, Pa. Puput juga nggak keberatan kok, kalau ulang tahun Puput kali ini nggak dirayakan. Tahun depan kan masih ada.” 

    “Siapa bilang kita mau ke restoran?” ujar Papanya sambil tersenyum penuh misteri. 

    Puput dan Roki berpandangan bingung. 

    “Nah, kita udah sampai.” celetuk Bunda nya. 

    Di depan sebuah rumah, Rere, Syasya dan Rani sudah berdiri menyambut. Disamping mereka berbaris anak-anak kecil berbaju muslim. Rani memegang sebuah kue bolu berhiaskan Selamat Ulang tahun.

    “Ini dimana? Kok kalian bisa di sini?” Tanya Puput takjub.

    “Kejutan!” Seru Rere dan Syasya ribut. “Bunda kamu tuh yang punya rencana.”

    “Rani yang punya rencana,” tambah bundanya 

    Ternyata Rani dan bundanya mengatur agar bisa mengadakan acara syukuran di Panti Asuhan. Anak-anak yatim piatu yang hadir di sana mengucapkan selamat sambil menyalami Puput satu persatu. Mereka terlihat gembira sekali. Padahal Puput yakin, bangunan Panti Asuhan yang mereka tempati sebenarnya tak muat menampung mereka semua. Apalagi memberikan penghidupan yang layak.

    Acara syukuran pun dilanjutkan dengan doa bersama serta makan bersama dengan menu sederhana yang dipesan dari rumah makan padang terdekat. Tanpa disadarinya, Puput merasa terharu. Sungguh konyol dirinya selama ini. Kenapa ia bersedih untuk hal sepele? Padahal ternyata ada banyak orang yang keadaannya jauh lebih menyedihkan. Tapi mereka tetap bahagia. Ia seharusnya belajar dari mereka. 

    Puput tersenyum. “Terima kasih ya, Rani. Terima kasih Bunda. Ini adalah ulang tahun yang paling spesial dari yang pernah ada.” bisiknya.

    One Response so far.

    1. Ini orangtuanya kaya juga ya berarti. Lagi kena musibah, sempat2nya bikin kejutan ulangtahun buat anaknya. Hahaha....

    Leave a Reply

    Thanks for reading! Leave your responses here :)

    Tentang AOMAGZ

    AOMAGZ adalah sebuah online magazine. Tapi bukan majalah berita, majalah resep atau majalah fashion. AOMAGZ adalah majalah spesialis cerita : Cerpen, Cerbung, Flash Fiction, Serial, Dongeng, Cerita Anak dan lain-lain. Jelajahilah AOMAGZ sesuka hati kamu karena ada cerita baru setiap harinya (kecuali weekend). Enjoy!

    Readers



    Follow Us On Twitter Photobucket


    Guestbook